Banyak
orang berlomba-lomba mengejar "sukses", ingin rumah yang besar, usaha
yang maju, mobil idaman, uang berlimpah dan seterusnya. Namun terlena
untuk membangun nilai di dalam dirinya.
"Nilai Anda, bukan Anda yang menentukan, tetapi nilai orang lain yang di sematkan di dalam diri Anda". (Mardigu Wowiek).
Seperti
halnya barang dagangan, jika barang itu tidak ada nilainya, PASTI tidak
berharga, bahkan bisa jadi malah membuat keuangan Anda berkurang.
Contoh, sampah yang ada di rumah Anda. Anda membuangnya malah
"membayar..!" Karena sampah itu tidak bernilai, bahkan nilainya
"negatip..", sehingga Anda malah harus mengeluarkan uang.
Jadilah
orang yang bernilai, bukan malah menjadi "sampah" masyarakat, membuat
onar, membuat keributan, posting berita hoax, posting ujaran kebencian,
nyinyir atau komentar negatip dan prilaku negatip lainnya.
Semakin tinggi nilai Anda, tentunya akan semakin tinggi dan berharganya Anda.
Semakin rendah nilai Anda, bahkan senyum saja pelit, rezeki Anda akan semakin seret.
Untuk sementara waktu,
"Janganlah
mencoba (ngotot berusaha untuk) menjadi orang sukses dulu. Jadilah
orang yang bernilai (terlebih dahulu)". (Albert Einstein).
"Sebagian besar orang bergulat di dunia fisik, padahal penentu kebaikan hidupnya ada di dalam dirinya". (Muhammad Sodiq).
Sebaik apapun dagangan Anda,
Sebaik apapun kwalitas barang Anda,
Sebaik apapun pekerjaan Anda,
Sebaik apapun hasil karya Anda,
Jika Anda kurang bernilai, anda "harganya" turun atau kurang berharga, dan otomatis rezeki Anda seret.
Spesialis Jasa Pembuatan Aneka Model Topi Terbaru, berkwalitas rapi, proses pembuatan tepat waktu dan bergaransi resmi..
WA: 0812 80069079, 081326 800528
Dulu
saya pernah jadi master engineer. Jika ada kerusakan mesin, orang lain
menyerah, saya kerjakan beres. Enginer dari Amerika datang, orang dari
Jepang datang mesin belum tentu bisa jalan, tetapi saya kerjakan bisa
hidup kembali. Namun waktu itu saya ternyata "tidak bernilai" bagi
perusahaan. Karena saya waktu itu, saya termasuk pemalas. Masuk kerja
seenaknya. Datang ke kantor terkadang siang, malah terkadang sore hari
baru datang cuma numpang absen. Dan kesalahan-kesalahan besar saya
lainnya.
Harap maklum, saya baru lulus kuliah
dan belum tahu tentang ilmu (rumus) kehidupan waktu itu. Saya juga
sempat protes, berdemo dan lain sebagainya. Ternyata yang memberi uang
ke saya bukanlah atasan saya. Namun ada yang lebih kuasa di atasnya
lagi. Yaitu Tuhan yang maha kuasa, yang Maha Mengatur besar kecilnya
slip gaji saya. HRD tempat saya bekerja, ternyata cuma perantara-Nya
saja. Terkadang saya takut ada CCTV di kantor, tetapi saya malah tidak
takut Tuhan, ternyata Tuhan Maha Melihat keberadaan saya...!
Seperti
halnya waktu kita di sekolah. Di sana ada ranking satu, dua, tiga dan
seterusnya. Untuk menjadi rangking satu atau menjadi orang TERBAIK di
kelas kita, kita harus mumpuni berbagai bidang pelajaran.
Kita
hidup di alam semesta yang sama. Dan semesta ini menerapkan aturan
penilaian, agar kita memiliki nilai TERBAIK di "kelas kehidupan" ini,
standar nilainya adalah,
“Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang paling bermanfaat bagi orang lain”. (Nilai baik versi Tuhan).
Jadi
untuk meraih predikat ranking tertentu di "kelas kehidupan" ini adalah
banyaknya "nilai kebermanfatan" diri kita ke orang lain, ini penilaian
versi penduduk langit. Semakin banyak nilai kebermanfaatan diri kita ke
orang lain, tentunya ranking kita di "kelas kehidupan" ini akan semakin
tinggi. Dan, OTOMATIS sukses akan mengikuti dengan sendirinya.
Jadi,
Kunci
sukses adalah jika kita sudah bernilai dan bermanfaat bagi banyak
orang. Itulah salah satu kejeniusan ilmuan pak Albert Einstein.
Mungkin kita pernah dengar,
"Masakan boleh sama, tetapi rasa tergantung kokinya".
Usaha boleh sama,
Bisnis boleh sama,
Pekerjaan boleh sama,
Profesi boleh sama,
Jabatan boleh sama,
"TETAPI" hasil tergantung orangnya atau owner-nya.
Jika kita melihat dan menemukan,
Usaha yang pas,
Pekerjaan yang pas,
Bisnis yang pas,
Profesi yang pas,
"TIRULAH" orangnya atau pemilik usaha-nya.
Tirulah prilaku baik orangnya.
Jika kita sekedar meniru bisnisnya, kita terjatuh lagi bergulat dengan dunia fisik kita.
Sebagian besar orang fokus mengejar besaran gajinya.
Sebagian besar orang fokus mengejar omset usahanya.
(Itu semua dunia fisik).
Fakta yang ada adalah,
Jika pendapatan seseorang naik, pengeluaran juga ikut naik, ini fenomena alamiyah.
Buat apa gaji besar omset besar, tetapi profit tidak ada.
"Seharusnya kita fokus mengejar keberkahan". (Muhammad Sodiq).
Pendapatan yang besar,
Gaji yang besar,
Omset bisnis yang besar,
Keuntungan yang besar itu belum tentu berkah, tetapi kalau berkah sudah pasti untung.
Sekilas
bisnis sepi, gaji sedikit, tetapi mungkin hidup lebih damai, lebih
tentram, semua kebutuhan tercukupi dan lain sebagainya. Itulah berkah
atau berkat. Sayangnya kalkulator keberkahan belum di ketemukan, jadi
sulit kita menghitung-hitung berkah dari-Nya yang seabrek banyaknya.
Demi kebaikan Anda sendiri, mari kita berlomba-lomba dalam kebaikan, untuk menuai ranking terbaik di "kelas kehidupan" ini.
Semoga Anda bermanfaat bagi Agama dan bermanfaat bagi Nusa dan bangsa, bukan tingkat RT lagi...Amin...
# Kebaikan Hidup.
# Anda Sangat Berharga
# Jadilah orang yang bernilai
# Rezeki sebenarnya berlimpah#2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar